Kerajaan Cantung adalah salah satu Kerajaan yang berada di wilayah Kalimantan Selatan, dahulu berada di wilayah Kalimantan Tenggara. Kerajaan Cantung di kenal pada zaman Sultan Banjar ke 6 yaitu Sultan Saidullah atau Raden Kasuma Alam yang bergelar Panembahan Batu I (1646-1660). ketika itu banyak sekali huru hara atau perampokan yang terjadi di wilayah pesisir atau dinamakan Tanah Bumbu.
Sultan Saidullah lalu mengutus anaknya Raden Basus atau di kenal sebagai Pangeran Dipati Tuha 2 sebagai Raja Tanah Bumbu I (1660-1700) untuk mengamankan wilayah tersebut. Raden basus menetap di daerah Tanah Bumbu dan menikah dengan Gusti Batar (anak selir dari Sultan Inayatullah).Dari perkawinan itu memperoleh anak Pangeran Mangu dan Pangeran Citra. Untuk tidak terjadi dualisme kepemimpinan Pangeran Citra lalu membuat suatu Kerajaan di daerah Kelua.
Pangeran Mangu Raja Tanah Bumbu 2 (1700-1740) menikah dengan Nyai Wadon gadung memperoleh anak Ratu Mas sebagai Raja Tanah Bumbu 3 (1740-1780) yang bersaudara dengan Raden Bagus Kasuma atau di kenal sebagai Sultan Tahlilullah.
Ratu Mas Raja Tanah Bumbu 3 menikah dengan Sultan Thamjidullah 1 memperoleh anak Ratu Intan 1 dan Pangeran layah,
Ratu Intan 1 Menguasai Wilayah Cantung dan Batu Licin (1780-1800) sedangkan Pangeran layah menguasai Pulau Laut.
Ratu Mas Raja Tanah Bumbu 3 Menikah lagi dengan seorang Saudagar dari GOWA bernama Daeng Malewa yang bergelar Pangeran Dipati , tidak memperoleh anak.
Kemudian Daeng Malewa menikah lagi dengan salah seorang selir memperoleh anak bernama Pangeran Prabu.
Wilayah Tanah Bumbu pada masa itu terbagi menjadi beberapa divisi yaitu : Cantung, Bangkalaan, Sampanahan, Cengaal, Menunggul, Batu Licin, Sebamban, Pulau laut dan Buntar Laut. Kepala divisi wilayah di kuasai oleh seorang Raja dan di setujui oleh pihak Kolonial Belanda.
Tanah Bumbu sangat makmur saat itu yang tercatat di sejarah buku-buku bahasa belanda antara lain :.
a. Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde, Volume 1
b. Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen ..., Volume 13
c. Jaarboek van het mijnwegen in Nederlandsch-Indiƫ, Volume 17,Bagian
1-2 ,
d. De Voormalige Zelfbesturende En Gouvernementslandschapren In Zuid oost Borneo C Nagtegaal dan lain sebagainya.
Tak heran apabila wilayah tersebut menjadi incaran untuk di kuasai dari kerajaan lebih besar seperti Kerajaan Pasir. Beberapa Nama seperti :
1. Sultan Dipati Anom atau Sultan Pasir ke 3 yang menikah dengan Ratu Intan 1,
2. Aji Raden (Aji Dipati Anom Alamsyah bin Aji Negara atau Sultan Sepuh) yang menikah dengan Gusti Besar Binti Pangeran Prabu.
3. Aji Pati Bin Sultan Sulaiman yang menikah dengan Aji Tukul atau Ratu Intan 2.
Makam Ratu Intan 1 yang berada di Bakau Cengaal
Makam Ratu Intan 2 atau Aji Tukul Binti Aji Jawa yang berada di Bangkalaan Melayu
Masa Pemerintahan Raja Aji Jawa (1825-1841)
Terjadinya penguasaan beberapa wilayah Tanah Bumbu oleh Kerajaan Pasir membuat wilayah tersebut tercerai berai. Raja Aji Jawa lalu bermaksud menyatukan kembali. Raja Aji Jawa (1825-1841) membuat Kontrak Politik dengan Kolonial Belanda pada 06 Juli 1825
Raja Aji Jawa kemudian menikah dengan Gusti Katapi anak dari Gusti Muso yang pertama kali mengambil alih Kerajaan Cantung. Kemudian Raja Aji Jawa menikah lagi dengan Gusti Kamil anak dari Gusti Kamir sebagai Sub Raja Bangkalaan. Raja Aji Jawa di bantu oleh Pamannya Gusti Ali Akbar di daerah Sampanahan sehingga atas dasar itulah Gusti Ali Akbar dapat menempati posisi sebagai Raja Sampanahan.
Pemerintahan Kerajaan Cantung pada Masa Raja Aji Jawa (1825-1841) berada di daerah Gunung Jawa Cengaal, Pada Masa Pemerintahan Aji Jawa terlihat banyak Pohon Jati yang tersebar di area itu. Konon Pada masa itu Raja Aji jawa memerintahkan setiap pendatang dari jawa yang akan menetap agar membawa bibit pohon jati agar ditanam di sana.Sedangkan Pulau Kalimantan terkenal dengan Kayu Besi atau Kayu Ulin yang tahan air.Tetapi sungguh ironis ketika ziarah ke Makam Leluhur saya Raja Aji Jawa tesebut, tampak sangat memprihantinkan karena tidak terawat oleh Pemerintah Daerah sebagai Situs Cagar Budaya.
Makam Aji Jawa berada di Gunung Jawa, Cengaal
Dari pernikahan Raja Aji Jawa dengan Gusti Kamil BT Gusti Kamir memperoleh anak Aji Tukul atau lebih populer Ratu Intan 2 (1846). Aji Tukul atau Ratu Intan 2 menikah dengan Aji Pati (Pangeran Agung) anak dari Sultan Sulaiman dari Kerajaan Pasir memperoleh anak Aji Semarang atau di kenal sebagai Pangeran Muda Arif illah. (Makamnya berada di Bakau di belakang Makam Ratu Intan 1).Wilayah kekuasaan Aji Semarang meliputi : Bangkalaan, Menunggul dan Cengaal.
Besluit 11 Mei 1862 No.8 tentang wilayah kekuasan Aji Semarang
Raja Aji Jawa kemudian melimpahkan Kerajaan Cantung kepada Aji Daha anak dari Gusti Katapi yang bergelar Raja Aji Madura (1842-1862)
Besluit Raja Aji Madura BT 10 Oktober 1862 no.22
Masa Pemerintahan Raja Aji madura (1842-1862)
Basluit tersebut berisikan tentang kebijakan seorang Raja yang harus mengayomi rakyatnya. Banyaknya Kapal/perahu milik Kerajaan Cantung.Pada Masa Pemerintahan Raja Aji Madura terjadi pergolakan Politik yang di Motori Pangeran Mangku (Gusti Hina) Anak dari Gusti Ali Akbar Sampanahan. Pangeran Mangku (Gusti Hina) melakukan "Pembakaran" di wilayah Cantung yang di bantu sekitar 50 orang. Pangeran Mangku menginginkan agar Penjajahan tidak ada lagi.
Pangeran Mangku akhirnya di tangkap oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1862.Pada masa itu seseorang apabila melakukan tindakan onar akan di hukum mati.
Pangeran Mangku meminta bantuan Raja Aji Madura, karena secara sejarah wilayah Sampanahan di berikan oleh Raja Aji Jawa kepada pamannya Gusti Ali Akbar. Sehingga di harapkan Raja Aji Madura dapat memberikan pertolongan agar Pangeran Mangku (Gusti Hina) tidak di hukum mati.
6 orang yang tertangkap Pemerintah Kolonial Belanda di hukum mati, Pangeran Mangku (Gusti Hina) selamat dari hukuman mati berkat negoisasi Raja Aji madura dengan Pemerintah Kolonial Belanda.
Besluit tentang permintaan bantuan Pangeran Mangku
Raja Aji Madura juga mengambil alih Kerajaan Buntar Laut tahun1845 ( sekarang Tanjung batu) ketika bibinya Gusti Dandai meninggal dunia. Gusti Dandai tidak memiliki anak.
Raja Aji Madura menikah dengan Putri Baiduri anak dari Andi Tunru Kerajaan Luwu Sopeng memperoleh anak Hj Ratu Besse yang menikah dengan Pangeran Amir Husein (Raja Pulau Laut) dan Hj Andi Sarimas menikah dengan Andi Daeng Temmo (Tempo) yang yang cikal bakalnya menjadi Penguasa Kerajaan Pagatan ( Andi Sallo/Andi Arung Berahim).
Kemudian Raja Aji Madura menikah dengan Ratu Jumantan anak Pangeran Prabunata dari Kerajaan Sampahanan, memperoleh anak Aji Darma atau Pangeran Kusumanegara sebagai Raja terakhir Cantung.
Masa Pemerintahan Pangeran Kusumanegara (1863-1900)
Pangeran Kusumanegara
/ Adji Darma membuat terobosan baru dengan memindahkan ibukota cantung yang mungkin dahulu berada di sekitar cengaal dan manunggul pada masa Raja Aji Jawa dan Raja Aji Madura, karena terjadi pemberontakan dan pembakaran rumah rumah penduduk di masa Raja Aji Madura maka di ambil suatu keputusan memindahkan Ibukota Cantung ke daerah Kelumpang Hulu yang dekat dengan Bangkalaan Dayak.
Pada Masa pemerintahan Pangeran Kusumanegara rakyat Cantung terasa gemah ripah loh jinawi atau masa keemasan pada tahu 1880 (informasi dari peneliti sejarah kerajaan Indonesia). Pangeran
Kusumanegara di bantu oleh Datu Tingkan sebagai Panglima Perangnya.Sehingga Pangeran Kusumanegara / Aji Darma raja Cantung dan Buntar laut
sangat di cintai oleh rakyatnya.
Pangeran Kusumanegara / Aji Darma menikah dengan Adji Oetin binti Pangeran Muda
Arifbillah / Aji Samarang memperoleh anak : Adji
Putri Ambar
Pangeran Kusumanegara / Aji Darma menikah lagi dengan Nyai Daerah setempat memperoleh anak : Adji Kurbah
Pada Masa itu di Kalimantan Selatan sudah banyak Pergolakan atau Pemberontakan untuk menentang Penjajahan Belanda. Salah Satunya adalah dari Kesultanan Banjar yaitu Pangeran Hidayatullah. Tetapi Pangeran Hidayatullah tertangkap dan di asingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Peristiwa demi peristiwa menggugah Pangeran Kusumanegara untuk ikut membantu Perjuangan Kemerdekaan Kalimantan. Terjadi Komunikasi antara Kesultanan Banjar yaitu Sultan Muhammad Seman yang di motori oleh Gusti Arsyad dengan Kerajaan Cantung. Sehingga Pangeran Kusumangera mau ikut membantu Kesultanan Banjar.
Koran terbitan tahun 1901
Belanda dengan segala daya upaya ingin menagkap Pangeran Kusumanegara. Dengan segala siasat Belanda akhirnya Pangeran Kusumanegara berhasil di tangkap dan di tawan di Sel Kotabaru yang sekarang menjadi Kantor Telekomunikasi Kota Baru Pulau Laut.
Dari Kotabaru Pulau Laut Pangeran Kusumanegara di bawa menuju Pelabuhan Surabaya, lalu di teruskan menuju Pelabuhan Panarukan dan di teruskan jalan darat menuju Besuki. Pangeran Kusumanegara akhirnya di asingkan di Bondowoso, Karesidenan Besuki Jawa Timur.
(Besluit 30 Oktober 1901 No.46)
Pangeran Kusumanegara di tangkap dan di asingkan bersama ke Bondowoso Jawa timur bersama Ratu Jumantan (Ibunda P.Kusumanegara) , Aji Utin ( Istri P. Kusumanegara) bersama ke 2 anaknya ( Aji Putri Ambar dan Aji Kurbah) dan Datu Tingkan (datu Saleh).
Foto keluarga Pangeran Kusumanegara di Bondowoso
Pangeran Kusumanegara di Janjikan oleh Pemerintah Kolonial akan di bangunkan Kerajaan baru di Bondowoso yang ternyata hanya janji palsu.
Pangeran Koesoemanegara/
Adji Darma tutup usia pada tanggal 25 Juni
1929
( 17
Muharam 1348 H) dan di makamkan di desa Badean Bondowoso Jawa Timur.
Dari Kiri ke kanan : Makam Aji Kurbah, Makam Pangeran Kusumanegara (1929), Makam Aji Utin (1922), Makam Ratu Jumantan (1904). dan depannya Makam Datu Tingkan (1902)
H. Hendri Nindyanto, SH : keturunan ke 4 dari Pangeran Kusumanegara / Adji Darma Bin Adji Madura .