Minggu, 19 Oktober 2014

Tari Bujang Gasing




Tarian ini menggambarkan kelincahan para penari dalam mengekspresikan gerakan Gasing saat di mainkan. Seperti berputar-putar, saling berbenturan, bahkan bergerak kesana kemari tak tentu arah. Tarian ini merupakan suatu ungkapan dinamika masyarakat yang terus berputar dan pada akhirnya selaras pada tujuan.

Minggu, 14 September 2014

Tari Japin Sigam

Tari Japin Sigam adalah Suatu tarian yang mempunyai gerakan yang khas pada bahu penarinya yang biasa di sebut "Gedek".Tarian ini menggambarkan pergaulan remaja pesisir yang bersenda gurau sambil menirukan gerakan burung laut

Tarian Mayang Kencana

Tari Mayang Kencana adalah sebuah tari yang menggambarkan  rasa syukur atas kehadiran para tamu-tamu Agung di Kerajaan Cantung Kalimantan Selatan.Tari Mayang Kencana merupakan Simbol dari Kesuburan, Kesejahteraan dan memohon kepada Allah SWT.

Sabtu, 30 Agustus 2014

Sabtu, 14 Juni 2014

Dinding Papan (Dindin Papan) Alias Gusti Rachman bergelar Pangeran Adipati



Dindin Papan


Dindin-Papan sering saya dengar ketika berada di Cantung. Menurut penuturan masyarakat di Cantung di katakan bahwa Dindin-Papan ( Dinding Papan) adalah sebuah kerajaan yang kemungkinan besar di berikan oleh Raja Cantung Pangeran Kusumanegara atau Aji Darma kepada saudara beliau Pangeran Adipati dan menjadikan kerajaan baru yang bernama "Kerajaan Dinding Papan". Saya cukup bingung untuk menjawab pertanyaan masyarakat disana di karenakan saya belum dan atau tidak ada data yang akurat yang saya dapatkan.
menurut mereka, cerita rakyat  tentang kerajaan dinding papan sampai sudah di buat "Mamanda" atau semacam 'ludruk' kalau di Pulau Jawa dan  menjuarai suatu event atau kejuaraan dari tingkat kecamatan sampai tingkat propinsi.

Suatu ketika seorang kawan saya dari Belanda yang bernama Mr Donald Tick, (beliau adalah pemerhati atau sejarawan tentang sejarah kerajaan kerajaan di Indonesia)  menanyakan saya, siapakah "Pangeran Adipati"?. Terus terang saya tidak dapat menjawabnya, lalu saya di informasikan tentang Pangeran Adipati tersebut. .

Saya berusaha menggali lebih jauh, dengan harapan dapat memperoleh informasi melalui  mbah google. Alhamdulillah ternyata saya dapatkan lebih dari yang saya bayangkan. dibuku "Militaire Spectator Tijdschrift Nederlandsche Leger" tahun 1864. yang di katakan bahwa Dindin Papan adalah Gusti Rachman yang bergelar Pangeran Adipati ada pada  Jaman kekuasaan  Raja Aji Madura (1842-1863).  Bukan pada jaman  Raja Aji Darma atau Pangeran Kusumanegara (1864-1900) seperti yang masyarakat ketahui.,. Terjawab sudah teka teki cerita tentang Kerajaan Dindin papan yang sepertinya sudah melegenda di masyarakat Cantung, seakan mereka sebagai pelaku sejarah.

Pada Masa Perang Banjar banyak para bangsawan yang melarikan diri ke daerah daerah pedalaman. Mereka menanggalkan segala atribut Gelar Pegustian atau Pangeran agar tidak di kenali oleh Belanda.
Kira-kira pertengahan April 1863, Pangeran Aji Madura sebagai Raja Cantung di datangi oleh Gusti Rachman yang bergelar  Pangeran Adipati alias Dindin Papan, untuk memaksa agar Pangeran Aji Madura mau ikut bersama-sama melawan Belanda. Pangeran Aji Madura sebagai Raja Cantung tidak ingin terjadi konfrontasi dengan Pangeran Adipati. Untuk menghindari hal itu Pangeran Aji Madura meninggalkan Kerajaan Cantung.

Di katakan bahwa  Pangeran Adipati mempunyai sekitar 300 prajurit yang bersenjatakan keris dan tombak. Pada masa itu di ceritakan jalan menuju lokasi tempat Pangeran Adipati tesebut dapat dicapai dengan lewat sungai cantung. Kalaupun melalui jalan darat kondisinya sangat sulit, karena banyak batu terjal dan mendaki.
Pangeran Aji Madura lalu pergi meninggalkan cantung bertemu dengan  Pangeran Syarif Hasan sebagai Raja Batu Licin bersama Pangeran Muda Arifbillah alias Aji Semarang. Mereka meninggalkan Kerajaannya dan berusaha meminta bantuan kepada pihak Belanda, Karena diberitakan bahwa Pangeran Adipati akan membumi hanguskan seluruh Kerajaan Cantung.
Belanda mengirimkan bantuan ke kerajaan cantung agar bisa membantu Raja Aji Madura yang mana wilayah cantung sudah di kuasai oleh Pangeran Adipati yang di anggap pemberontak oleh belanda.

Tentara Belanda berangkat dari Pelabuhan Banjarmasin tanggal 22 April 1863 di bawah komando kapten infanteri G.Fen dengan membawa 35 Infantri, 6 Artileri dan 1 Ambulan, dan tiba di muara cantung 3 hari kemudian atau tgl.25 April 1863.


di ceritakan bahwa Belanda kesulitan di medan peperangan.Jika mereka (tentara belanda) melalui jalan darat akan mereka temui pohon-pohon yang sudah berumur ribuan tahun dan jalannya mendaki serta terjal. Di sepakati oleh mereka bahwa penyerangan akan melalui jalan sungai.

Belanda memperhitungkan kekuatan musuh dan posisinya, mereka  memutuskan untuk memperkuat salah satu divisi pendaratan sebanyak 22 orang, di bawah letnan 2 'kelas J . Setelah konsultasi antara dua komandan, maka di tetapkan hari berikutnya akan memulai penyerangan melalui sungai  cantung, dan untuk merencanakan ada tindakan lebih lanjut. 
Sebagai hasil dari informasi lebih lanjut diketahui bahwa DINDIN-PAPAN bisa, jika dicapai dalam tiga cara:

 l. Melalui Sungai, dpt di tempuh dalam dua hari, jika di dalamnya tidak ada kendala
2 .Jalan setapak dapat di tempuh dalam enam hari  
3 .Melalui tepi sungai cantung di sebelah kiri. di sepanjang jalan melalui hutan yang akan ditebang
   

Maka pada tanggal 26 April di mulailah agresi hari pertama.

Tentara Belanda  unggul dalam persenjataan tetapi menuju kearah lokasi Dindin Papan sangat sulit di tembus. Meskipun dengan hanya memakai senjata tombak, keris dan panah, prajurit Pangeran Adipati tetap melakukan perlawan. Mereka membakar pemukiman2 penduduk dan banyak merubuhkan pohon yang berada di bantaran sungai cantung sehingga akses satu2nya melalui sungai membuat tentara belanda terhambat.Belanda memakai 25 orang terpidana/kerja paksa/pribumi sebagai pionir yang bersama-sama memegang senjata howitzer untuk memulai peperangan. tetapi di cegat oleh prajurit Pangeran Adipati dengan hanya mengandalkan tombak dan anak panah. banyak tentara belanda yang terbunuh karena penyerangan tiba-tiba oleh prajurit Pangeran Adipati.

Pertempuran memakan waktu 3 hari 3 malam. Pangeran Adipati tertangkap tetapi ke 2 anaknya Gusti Awang dan Gusti Mastop terbunuh.

Pada tanggal 29 April tentara belanda membawa Pangeran Adipati ke Banjarmasin dan tiba pada tanggal 1 Mei 1863. berikut adalah referensi bukunya.



 


 


 




Sabtu, 31 Mei 2014

Pembentukan Lembaga Adat "KERAJAAN CANTUNG"

 KERUKUNAN DAN KERAKATAN KERAJAAN CANTUNG


Pembentukan Lembaga Adat di rasa sangat di perlukan,  untuk melestarikan Adat dan Budaya dari Kerajaan Cantung yang telah lama di tinggalkan.  Maka Pada Tanggal 28 Mei 2014 di bentuklah Kerukunan dan Kerakatan Kerajaan Cantung yang di hadiri oleh masyarakat Cantung dan Muspida Kecamatan Cantung  Kalimantan Selatan. Banyak warga yang ikut berpartisipasi di acara pembentukan itu. 

Tempat Pembentukan Lembaga Adat di selenggarakan di Kecamatan Cantung, Kelumpang Hulu, Tampak hadir dari Kapolsek Cantung dan Koramil Cantung beserta staf kecamatan. berserta para pemuka masyarakat dan pembekal (Lurah) daerah-derah Cantung dan sekitarnya.








                                                         
                                           


                                                           










   


















 

Selasa, 20 Mei 2014

Makam-makam Para Raja Dan Ratu di Cantung dan Sekitarnya

Cantung atau Kelumpang hulu sejauh 311 KM dari Bandara Syamsudin Noor Banjar Baru, Kalimantan Selatan. Kita dapat menempuh sekitar 6-7 jam perjalanan sampai kota Cantung dengan naik Travel. Ongkosnya sekitar Rp.200 ribu.

Pusat Kota Cantung dahulu adalah BANUA LAWAS yang sekarang menjadi desa. Sebelum adanya jalan Raya Trans Kalsel yang di buat sekitar tahun 1982,  Cantung hanya dapat di tembus dengan melalui aliran Sungai Cantung.  Menuju desa Banua Lawas dapat kita tempuh sekitar +/- 6 Km. Disana terdapat kompleks makam Para Raja.

Pada Tahun 1862 di waktu  Raja Aji Madura berkuasa,  sepupu beliau Gusti Rachman  dengan gelar Pangeran Adipati alias "Dindin Papan " melarikan diri ke Cantung ketika terjadi Perang Banjar. Gusti Rachman membawa sekitar 300 prajurit yang bersenjatakan keris dan tombak.
Menurut cerita penduduk setempat sungai Cantung berubah warna menjadi merah, karena banyak tentara belanda dan prajurit Pangeran Adipati yang gugur dan di buang ke sungai.
Gusti Rachman tertangkap tetapi ke 2 anaknya Gusti Awang dan Gusti Mastop gugur.



cuplikan buku tentang peperangan Pangeran Adipati melawan Belanda





Makam Besar di Desa Banua Lawas, Cantung




Makam Ratu Intan2 ( Aji Tukul) dan Aji pati ( Pangeran Agong)
Lokasi Makam Ratu Intan 2 dan Pangeran Agong terletak sekitar 25 KM dari Cantung ke arah utara atau di daerah Bangkalaan Melayu. Daerah Bangkalaan Melayu berseberangan dengan Bangkalaan Dayak.Menurut cerita penduduk setempat, Ratu Intan 2 dan Aji Pati sudah beragama Islam dan mensyiarkan agama Islam..sedangkan daerah Bangkalaan Dayak masih menganut agama "KAHARINGAN" 
Makam tersebut sudah di Pugar oleh Pemda Kota Baru. Ratu Intan 2 adalah Perkawinan dari Raja  Aji Jawa dengan Gusti Kamil BT Gusti kamir. Lokasi Makam sudah di jadikan Cagar Budaya dan sudah banyak di ziarahi dari Peziarah  berbagai daerah di Kalimantan Selatan


Makam Ratu Intan 2 dan Makam Aji Pati ( Pangeran Agong)




Makam Ratu Intan 1, Makam Aji Semarang dan Makam Gusti Ali Akbar 

Lokasi Makam Ratu Intan 1 berada di Daerah Bakau kecamatan Pamukan sekitar 150 Km atau setara dengan 3 jam perjalanan memakai mobil.dari Cantung . Kita akan melewati daerah Perkebunan Sawit. Di belakang Makam Ratu Intan 1 juga terdapat Makam Aji Semarang atau bergelar Pangeran Muda Arifbillah yang adalah Cucu dari Ratu Intan 1.

Ada beberapa meriam yang berhasil di pindah dari Bekas Kerajaan Ratu Intan 1 yang berlokasi di seberang Makam. Pemindahan nya cukup unik. Konon ada seseorang yang sanggup memindahkan meriam2 tersebut tanpa bantuan alat berat, tetapi di pindah dengan cara di panggul. Dan menurut cerita penduduk setempat, hanya keturunannyalah yang dapat mengangkatnya. 


Diluar lokasi Makam yang berada di belakang , akan kita temukan Makam salah satu anggota badan dari Gusti Ali Akbar yang dulu berwasiat atau berikrar agar tubuh beliau bisa berada di 4 daerah.



Makam Pangeran Mangku Prabu Jaya 
Makam tersebut berada di daerah Manunggul Lama sekarang berada di kecamatan Sungai Durian. Dari Cantung sekitar 120 Km atau setara 3 Jam berkendara dengan mobil.
Pangeran Mangku Prabu Jaya adalah Seorang Raja dari Kerajaan Sampanahan. Pangeran Mangku Prabu Jaya adalah Putra dari Sultan Ali Akbar (Gusti Ali Akbar) nama kecil beliau adalah Gusti Hina. Sungguh sangat di sayangkan makam tersebut belum di sentuh oleh Pemda sebagai aset warisan budaya.



Makam Pangeran Mangku Prabu Jaya bin Sultan Ali Akbar



Makam Raja Aji Jawa
Makam Raja Aji Jawa terletak di Gunung Jawa  Desa Sakadoyan Kecamatan Cengaal. Bila kita dari Sungai Durian jaraknya sekitar 40 Km melalui perkebunan sawit, atau setara 1,5 Jam. Raja Aji Jawa adalah Raja yang menyatukan 6 Kerajaan yang dahulunya di kuasai oleh Kerajaan Paser. Pada masa kekuasaan Raja Aji Jawa mewajibkan setiap pendatang dari Tanah Jawa agar membawa bibit Pohon Jati. maka jika kita berziarah akan banyak terlihat banyak Pohon Jati. Dahulu sekitar tahun 1991 apabila kita akan berziarah harus melalui laut dan di tempuh sekitar 8 Jam memakai perahu Klotok. Sungguh sangat di sayangkan juga Makam Raja Aji Jawa ini juga belum tersentuh oleh Pemda sebagai warisan budaya.



Makam Raja Aji Jawa yang berada di Gunung Jawa, desa Sakadoyan


Jumat, 09 Mei 2014

Kerajaan Cantung dan Kerajaan Tanah Bumbu

Kerajaan Cantung adalah salah satu Kerajaan yang berada di wilayah Kalimantan Selatan, dahulu berada di wilayah Kalimantan Tenggara. Kerajaan Cantung di kenal pada zaman Sultan Banjar ke 6 yaitu Sultan Saidullah atau Raden Kasuma Alam yang bergelar Panembahan Batu I  (1646-1660). ketika itu banyak sekali huru hara atau perampokan yang terjadi di wilayah pesisir atau dinamakan Tanah Bumbu.

Sultan Saidullah lalu mengutus anaknya Raden Basus atau di kenal sebagai Pangeran Dipati Tuha 2 sebagai Raja Tanah Bumbu I (1660-1700) untuk mengamankan wilayah tersebut. Raden basus menetap di daerah Tanah Bumbu dan menikah dengan Gusti Batar (anak selir dari Sultan Inayatullah).Dari perkawinan itu memperoleh anak Pangeran Mangu dan Pangeran Citra. Untuk tidak terjadi dualisme kepemimpinan Pangeran Citra lalu membuat suatu Kerajaan di daerah Kelua.  

Pangeran Mangu Raja Tanah Bumbu 2 (1700-1740)  menikah dengan Nyai Wadon gadung memperoleh anak Ratu Mas sebagai Raja Tanah Bumbu 3 (1740-1780) yang bersaudara dengan  Raden Bagus Kasuma atau di kenal sebagai Sultan Tahlilullah.
Ratu Mas Raja Tanah Bumbu 3 menikah dengan Sultan Thamjidullah 1 memperoleh anak Ratu Intan 1 dan Pangeran layah, 
Ratu Intan 1 Menguasai Wilayah Cantung dan Batu Licin (1780-1800) sedangkan Pangeran layah menguasai Pulau Laut.

Ratu Mas Raja Tanah Bumbu 3  Menikah lagi dengan seorang Saudagar dari  GOWA bernama Daeng Malewa yang bergelar Pangeran Dipati , tidak memperoleh anak.
Kemudian Daeng Malewa menikah lagi dengan salah seorang selir memperoleh anak bernama  Pangeran Prabu.

Wilayah Tanah Bumbu pada masa itu terbagi menjadi beberapa divisi yaitu : Cantung, Bangkalaan, Sampanahan, Cengaal, Menunggul, Batu Licin, Sebamban, Pulau laut dan Buntar Laut. Kepala divisi wilayah di kuasai oleh seorang Raja dan di setujui oleh pihak Kolonial Belanda.

Tanah Bumbu sangat makmur saat itu yang tercatat di sejarah buku-buku bahasa belanda antara lain :
a. Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde, Volume 1
b. Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen ..., Volume 13
c. Jaarboek van het mijnwegen in Nederlandsch-IndiĆ«, Volume 17,Bagian 1-2 , 
d. De Voormalige Zelfbesturende En Gouvernementslandschapren In Zuid oost Borneo  C Nagtegaal  dan lain sebagainya.
Tak heran apabila wilayah tersebut menjadi incaran untuk di kuasai dari kerajaan lebih besar seperti Kerajaan Pasir. Beberapa Nama seperti :
1. Sultan Dipati Anom atau Sultan Pasir ke 3 yang menikah dengan Ratu Intan 1,
2. Aji Raden (Aji Dipati Anom Alamsyah bin Aji Negara atau Sultan Sepuh) yang menikah      dengan Gusti Besar Binti Pangeran Prabu. 
3. Aji Pati Bin Sultan Sulaiman yang menikah dengan Aji Tukul atau Ratu Intan 2.

                                       Makam Ratu Intan 1 yang berada di Bakau Cengaal


      Makam Ratu Intan 2 atau Aji Tukul Binti Aji Jawa yang berada di Bangkalaan Melayu



Masa Pemerintahan Raja Aji Jawa (1825-1841)
Terjadinya penguasaan beberapa wilayah Tanah Bumbu oleh Kerajaan Pasir membuat wilayah tersebut  tercerai berai. Raja Aji Jawa lalu bermaksud menyatukan kembali. Raja Aji Jawa (1825-1841) membuat Kontrak Politik dengan Kolonial Belanda pada 06 Juli 1825



Raja Aji Jawa  kemudian menikah dengan Gusti Katapi anak dari Gusti Muso yang pertama kali mengambil alih Kerajaan Cantung. Kemudian Raja Aji Jawa menikah lagi dengan Gusti Kamil anak dari Gusti Kamir sebagai Sub Raja Bangkalaan. Raja Aji Jawa di bantu oleh Pamannya Gusti Ali Akbar di daerah Sampanahan sehingga atas dasar itulah Gusti Ali Akbar dapat menempati posisi sebagai Raja Sampanahan. 
Pemerintahan Kerajaan Cantung pada Masa Raja Aji Jawa (1825-1841)  berada di daerah Gunung Jawa Cengaal, Pada Masa Pemerintahan Aji Jawa terlihat banyak Pohon Jati yang tersebar di area itu. Konon Pada masa itu Raja Aji jawa memerintahkan setiap pendatang dari jawa yang akan menetap agar membawa bibit pohon jati agar ditanam di sana.Sedangkan Pulau Kalimantan terkenal dengan Kayu Besi atau Kayu Ulin yang tahan air.Tetapi sungguh ironis ketika ziarah ke Makam Leluhur saya Raja Aji Jawa tesebut, tampak sangat memprihantinkan karena tidak terawat oleh Pemerintah Daerah sebagai Situs Cagar Budaya.

                                     Makam Aji Jawa berada di Gunung Jawa, Cengaal

Dari pernikahan Raja Aji Jawa dengan Gusti Kamil BT Gusti Kamir memperoleh anak  Aji Tukul atau lebih populer Ratu Intan 2 (1846). Aji Tukul atau Ratu Intan 2 menikah dengan Aji Pati (Pangeran Agung) anak dari Sultan Sulaiman dari Kerajaan Pasir memperoleh anak Aji Semarang atau di kenal sebagai Pangeran Muda Arif illah. (Makamnya berada di Bakau di belakang Makam Ratu Intan 1).Wilayah kekuasaan Aji Semarang meliputi : Bangkalaan, Menunggul dan Cengaal.


                          Besluit 11 Mei 1862 No.8 tentang wilayah kekuasan Aji Semarang



Raja Aji Jawa kemudian melimpahkan Kerajaan Cantung kepada Aji Daha anak dari Gusti Katapi yang bergelar Raja Aji Madura (1842-1862) 


                                       Besluit Raja Aji Madura  BT 10 Oktober 1862 no.22



Masa Pemerintahan Raja Aji madura (1842-1862)
Basluit tersebut berisikan tentang kebijakan seorang Raja yang harus mengayomi rakyatnya. Banyaknya Kapal/perahu milik Kerajaan Cantung.Pada Masa Pemerintahan Raja Aji Madura terjadi pergolakan Politik yang di Motori Pangeran Mangku (Gusti Hina) Anak dari Gusti Ali Akbar Sampanahan. Pangeran Mangku (Gusti Hina) melakukan "Pembakaran" di wilayah Cantung yang di bantu sekitar 50 orang. Pangeran Mangku menginginkan agar Penjajahan tidak ada lagi.
Pangeran Mangku akhirnya di tangkap oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1862.Pada masa itu seseorang apabila melakukan tindakan onar akan di hukum mati.
Pangeran Mangku meminta bantuan Raja Aji Madura, karena secara sejarah wilayah Sampanahan di berikan oleh Raja Aji Jawa kepada pamannya Gusti Ali Akbar. Sehingga di harapkan Raja Aji Madura dapat memberikan pertolongan agar Pangeran Mangku (Gusti Hina) tidak di hukum mati.
6 orang yang tertangkap Pemerintah Kolonial Belanda di hukum mati, Pangeran Mangku (Gusti Hina) selamat dari hukuman mati berkat negoisasi Raja Aji madura dengan Pemerintah Kolonial Belanda.


Besluit tentang permintaan bantuan Pangeran Mangku

Raja Aji Madura juga mengambil alih Kerajaan Buntar Laut  tahun1845 ( sekarang Tanjung batu) ketika bibinya Gusti Dandai meninggal dunia. Gusti Dandai tidak memiliki anak.
Raja Aji Madura menikah dengan Putri Baiduri anak dari Andi Tunru Kerajaan Luwu Sopeng memperoleh anak  Hj Ratu Besse yang menikah dengan Pangeran Amir Husein (Raja Pulau Laut) dan Hj Andi Sarimas menikah dengan Andi Daeng Temmo (Tempo) yang yang cikal bakalnya menjadi Penguasa Kerajaan Pagatan ( Andi Sallo/Andi Arung Berahim).
Kemudian Raja Aji Madura menikah dengan Ratu Jumantan anak Pangeran Prabunata dari Kerajaan Sampahanan, memperoleh anak Aji Darma atau Pangeran Kusumanegara sebagai Raja terakhir Cantung.

Masa Pemerintahan Pangeran Kusumanegara (1863-1900)




Pangeran Kusumanegara / Adji Darma  membuat terobosan baru dengan memindahkan ibukota cantung yang mungkin dahulu berada di sekitar cengaal dan manunggul pada masa Raja Aji Jawa dan Raja Aji Madura, karena terjadi pemberontakan dan pembakaran rumah rumah penduduk di masa Raja Aji Madura maka di ambil suatu keputusan memindahkan Ibukota Cantung ke daerah Kelumpang Hulu yang dekat dengan Bangkalaan Dayak.
Pada Masa pemerintahan Pangeran Kusumanegara rakyat Cantung  terasa gemah ripah loh jinawi atau masa keemasan pada tahu 1880 (informasi dari peneliti sejarah kerajaan Indonesia). Pangeran Kusumanegara di bantu oleh Datu Tingkan sebagai Panglima Perangnya.Sehingga Pangeran Kusumanegara / Aji Darma raja Cantung dan Buntar laut sangat di cintai oleh rakyatnya.
Pangeran Kusumanegara / Aji Darma menikah dengan Adji Oetin binti Pangeran Muda Arifbillah / Aji Samarang  memperoleh anak :  Adji Putri Ambar 
Pangeran Kusumanegara / Aji Darma menikah lagi dengan Nyai Daerah setempat memperoleh anak : Adji Kurbah 

Pada Masa itu di Kalimantan Selatan sudah banyak Pergolakan atau Pemberontakan  untuk menentang Penjajahan Belanda. Salah Satunya adalah dari Kesultanan Banjar yaitu Pangeran Hidayatullah. Tetapi Pangeran Hidayatullah tertangkap dan di asingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Peristiwa demi peristiwa menggugah Pangeran Kusumanegara untuk ikut membantu Perjuangan Kemerdekaan Kalimantan. Terjadi Komunikasi antara Kesultanan Banjar yaitu Sultan Muhammad Seman yang di motori oleh Gusti Arsyad dengan Kerajaan Cantung. Sehingga Pangeran Kusumangera mau ikut membantu Kesultanan Banjar. 



                                                   Koran terbitan tahun 1901

Belanda dengan segala daya upaya ingin menagkap Pangeran Kusumanegara. Dengan segala siasat Belanda akhirnya Pangeran Kusumanegara berhasil di tangkap dan di tawan di Sel Kotabaru yang sekarang menjadi Kantor Telekomunikasi Kota Baru Pulau Laut.
Dari  Kotabaru Pulau Laut Pangeran Kusumanegara di bawa menuju Pelabuhan Surabaya, lalu di teruskan menuju Pelabuhan Panarukan dan di teruskan jalan darat menuju Besuki. Pangeran Kusumanegara akhirnya di asingkan di Bondowoso, Karesidenan Besuki Jawa Timur.




                                                      (Besluit 30 Oktober 1901 No.46)

Pangeran Kusumanegara di tangkap dan di asingkan bersama ke Bondowoso Jawa timur bersama  Ratu Jumantan (Ibunda P.Kusumanegara) , Aji Utin ( Istri P. Kusumanegara) bersama ke 2 anaknya ( Aji Putri Ambar dan Aji Kurbah) dan Datu Tingkan (datu Saleh).





Foto keluarga Pangeran Kusumanegara di Bondowoso


Pangeran Kusumanegara di Janjikan oleh Pemerintah Kolonial akan di bangunkan Kerajaan baru di Bondowoso yang ternyata hanya janji palsu.
Pangeran Koesoemanegara/ Adji Darma tutup usia pada tanggal 25 Juni 1929
 ( 17 Muharam 1348 H) dan di makamkan di desa Badean  Bondowoso Jawa Timur.


Dari Kiri ke kanan : Makam Aji Kurbah, Makam Pangeran Kusumanegara (1929), Makam Aji Utin (1922), Makam Ratu Jumantan (1904). dan depannya Makam Datu Tingkan (1902)




H. Hendri Nindyanto, SH  : keturunan ke 4 dari Pangeran Kusumanegara / Adji Darma Bin Adji Madura .